[Mini FF] “Morning Kiss” Yesung-Yura ~ AILY After Story

Mini FF “Morning Kiss” [Yesung-Yura] ~ AILY After Story

Author : Youngie~~ (@yesungkiss)

Cast : Kim Jong Woon, Kim Yu Ra

Ratting : PG-17 *PG -17

Lenght : One Shoot

Ps : Typo! Aneh, membuat pusing! Jadi kalau sudah tau akibatnya, apalagi yang merasa pusing-pusing membaca tulisan ini, jangan coba-coba membacanya!!!!!!!

Kyaaaaaaaa!!!! Tiba-tiba kepikiran buat After storynya “And I Love You”
Tapi… ini memang sedikit aneh dan seperti biasa… sedikit mesum *PLAK

Okey langsung saja, Happy Reading~~^^

Author’s POV

Musim dingin memang masih belum usai, tapi sinar matahari pagi kali ini terbilang cukup hangat menyinari permukaan kota Seoul. Tumpukan salju mulai menipis disepanjang jalan dan juga menandakan musim ini akan segera berakhir, digantikan musim semi yang indah.

Pagi ini sepasang suami istri masih ingin menikmati pagi lebih lama dengan meringkuk didalam selimut tebal mereka.

“Mmhhh….” Jongwoon mengeratkan pelukannya pada sesosok tubuh yang ia peluk. Mendekap erat dan penuh kenyaman, apalagi masih didalam selimut hangat membuatnya membuatnya enggan membuka matanya.

Tubuh yang dipeluknya seakan meronta karena tidak ada celah untuknya bergerak. Semakin ia bergerak, semakin erat pula tangan itu mempererat pelukannya.

“Jongwoon…ahhh…” erang gadis ini pelan dengan suara yang masih malas.

“Mhhmm…” Jongwoon hanya menyahut dengan deheman saja, tidak membuka matanya. Baginya dipagi hari adalah menghirup aroma rambut istrinya ini adalah rutinitas yang harus ia lakukan, masih saja terasa harum dan menenangkan hatinya dipagi hari. Sepertinya Yura paling tahu hal ini, sehingga ia tetap memakai shampo yang aromanya memang Jongwoon sukai.

Dengan malasnya Yura membuka matanya, dapat terlihat jelas dihadapannya, tepat ia menghadap leher Jongwoon. Seulas senyum terukir dibibirnya, walau ia sebenarnya merasakan risih saat dipeluk seperti ini, tapi ia paling suka kalau dapat mencium aroma Jongwoon dari sisi leher pria ini. Aroma Jongwoon yang maskulin masih tercium dihidungnya, ia sengaja memajukan wajahnya hingga hidung dan bibirnya mendekat kearah leher Jongwoon.

Dengan memejamkan matanya, Yura mencium aroma tubuh Jongwoon dalam-dalam melalui hidungnya yang sedikit menempel pada leher pria ini. Tanpa ia duga sama sekali, ia malah menempelkan bibirnya pada leher Jongwoon.

“Kau jangan main-main dipagi hari Kim Yura…” kata Jongwoon pelan. Gadis itu kini malah tersenyum mendengarnya, ia juga belum berniat menjauhkan wajahnya dari leher Jongwoon, ia malah mencium sesekali leher Jongwoon. “Aigoo.. geumanhae… atau aku balas dilehermu sendiri.” tambah Jongwoon.

Jongwoon sedikit bergidik saat merasakan hembusan nafas yang keluar dari hidung Yura menerpa kulit lehernya, gadis ini benar-benar membuatnya sedikit kehilangan kendali. Tidak biasanya Yura seperti ini.

“Siapa yang main-main, aku hanya ingin dekat denganmu, seperti kau memelukku ini.” balas Yura pelan. Jongwoon membuka matanya dan menunduk untuk melihat wajah istrinya ini.

“Kau sudah pandai menyangkal rupanya?” Jongwoon mengernyitkan dahinya, “Kau ingin aku membalasanya?” tambah Jongwoon lagi.

Yura mendongak, menatap wajah Jongwoon yang terlihat lucu saat bangun tidur dengan matanya yang masih sipit itu. Begitu juga dengan Jongwoon, ia suka menatap wajah Yura yang seperti ini, polos dan mata gadis ini memang sangat indah.

“Anniya…” jawab Yura singkat.

“Lalu apa? Kau merindukanku hum…” kata Jongwoon, tangannya menggenggam erat tangan Yura dan mempermainkan jari-jemari lentiknya.

“Menurutmu?” jawab Yura mengalihkan pandangannya, “Kau selalu pulang malam akhir-akhir ini, kau tidak tahu Key mencarimu terus. Saat kau pulang, Key sudah tertidur.” tambahnya lagi dengan tangannya memainkan krah v-neck tshirtnya Jongwoon.

“Arasseo…” jawab Jongwoon pelan. Ia akui akhir-akhir ini memang begitu sibuk dengan pekerjaannya dikantor dan juga mengurus Why Style-nya. Dengan otaknya yang brilian dia sangat pintar mendesain sendiri product yang akan dipasarkan.

“Hari ini, aku sengaja berangkat agak siang.” kata Jongwoon, Yura mendongak lagi dan tatapannya bertemu dengan tatapan Jongwoon.

“Nde?”

“H’um… Aku sangat lelah, kemarin dari Busan aku langsung pulang, seharusnya aku menginap disana semalam. Tapi itu tidak mungkin, lebih baik tidur dirumah, lebih nyaman.”

Yura mengercutkan bibirnya, ia mengira Jongwoon berangkat agak terlambat adalah karenanya, ternyata ia salah. Jongwoon hanya terlalu lelah. Ya, dia sedikit kecewa. Tapi apa boleh buat, Jongwoon bekerja keras juga untuk menghidupinya.

“Selain itu aku juga masih ingin bermain-main denganmu… aku lama tidak bermain-main dengamu…” lanjut Jongwoon. Melepas genggaman tangannya dan jari-jari mungilnya mengusap pipi gadis ini.

Yura sedikit tersentak mendengar apa kata pria yang masih menatapnya ini.

“Bermain-main?” tanya Yura, “Aigoo… Kenapa kau tidak bilang merindukanku? Dasar…” Yura menatap Jongwoon kesal. Kenapa pria ini selalu membuat merasa adalah dirinya yang paling penting, dengan cara yang aneh seperti ini.

“Apa itu perlu? Hum…” tanya Jongwoon, “Aku akan menunjukkan rasa rinduku dengan sikap dan perbuatan padamu… dan kau mungkin masih berpikir, aku tahu kau sama sekali tidak akan peka karena memang sejak dulu daya pikirmu sangat rendah. Aku sempat ragu, kenapa aku bisa menikah dengan gadis yang sangat lemot sepertimu Yura-ya.”

“M…mwo? Kau bilang apa?” Yura segera melesatkan cubitan dipinggang Jongwoon dan hasilnya pria ini meringis kesakitan.

“Awww…”

“Aku juga menyesal, kenapa aku bisa menikah dengan pria yang sangat tidak waras sepertimu. Seharusnya, aku menikah dengan pria yang tampan, yang mempunyai kepribadian normal. Tidak sepertimu, yang sangat aneh, berbicara pada kura-kura kesayanganmu, pada Kkoming dan kau juga berniat membeli adik perempuan lagi… astagaaa!!!”

“Ya… kau cemburu dengan mereka?” Jongwoon terkekeh pelan.

“Anniya…” jawab Yura singkat. Jongwoon kini kembali melingkarkan tangannya pada pinggang Yura, dan mensejajarkan wajahnya bertatapan tepat didepan wajah Yura.

“Lalu? Apa itu tidak cemburu? Astaga Yura-ya mereka hanya adik-adikku, kenapa kau harus cemburu dengannya? Lucu sekali…” Jongwoon lagi-lagi terkekeh melihat ekspresi wajah Yura yang memang salah tingkah.

Yura menatap Jongwoon kesal, bagaimana bisa pria didepannya ini sangat peka. Tidak, tidak, dia tidak cemburu pada ‘adik-adiknya’ melainkan pada pekerjaan Jongwoon yang terlalu banyak akhir-akhir ini.

“Mwoya…. Anniya, jeongmal anniya!!” elak Yura. “Aku tahu, kau mencintaiku, bagaimana bisa aku cemburu pada keluarga sendiri, bukan begitu Kim Jong Woon.” tambah Yura tersenyum pada Jongwoon.

“Ne?” Jongwoon terlihat bingung. “Kau percaya diri sekali Kim Yura.” tambahnya lagi.

Yura tersenyum, Ia memutar otaknya. Berpikir, pembalasan dendam pada Jongwoon yang menggodanya habis-habisan. Enak saja bilang dia cemburu pada ‘keluarganya’ sendiri. Tidak lucu. Dan ini membuatnya sangat malu.

Yura membalas pelukan Jongwoon. Gadis ini melingkarkan tangannya dipinggang Jongwoon, kakinya menopang diatas kaki Jongwoon, membuat Jongwoon menatapnya bingung. Matanya menatap tepat dimata Jongwoon. Mendekatkan wajahnya hingga ia dapat mencium kembali sekitar leher Jongwoon, walau hanya sekilas saja. Yura tersenyum sendiri saat mendengar nafas Jongwoon yang tersendat.

Rasakan, siapa suruh membuatnya malu. Bibirnya ia tempelkan, dileher pria ini, dan kini tepat dijakun Jongwoon, membuat pria ini menjauhkan wajah Yura dari area yang membuatnya kehilangan kendali. Tangannya memegangi wajah Yura.

“Nappeun…” katanya menatap wajah Yura. “Kalau bagian tubuhku terbangun, kau harus tanggung jawab Yura-ya…” katanya lagi dengan menyipitkan matanya.

Yura hanya tersenyum mendengar ancaman Jongwoon, mana mungkin Jongwoon berani. Ini sudah jam setengah tujuh, dan setelah ini Yura juga akan membantu menyiapkan sarapan untuk Key.

“Mwoya? Kenapa aku… itu urusanmu sendiri Kim Jongwoon.” jawab Yura pelan, jari tangannya yang lentik menyentuh bibir Jongwoon sambil tersenyum, seketika membuat hati Jongwoon berdesir. Sial, gadis ini sengaja ingin menggodanya. Pikir Jongwoon. Ia bukannya tidak mau, tapi ini pasti tidak karena ia harus kekantor selambat-lambatnya jam delapan. Karena ia harus menyiapkan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan sekarang, yang pasti untuk masa depan mereka berdua dan juga Key.

“Kau ingin, morning kiss?” tanya Jongwoon, saat jari lentik Yura yang sekarang ada dipipinya, mengusap pipinya lembut. Jongwoon menaikkan tangannya menuju tengkuk Yura, kemudian kepipi gadis ini, dan mengusap pelan bibir Yura.

Walaupun niat Yura untuk menggoda suaminya ini, tidak dipungkiri ia juga merasa tergoda saat sentuhan tangan Jongwoon tepat dibibirnya. Tatapan pria ini tidak seperti beberapa menit yang lalu, tatapan yang sekarang sangat dalam, membuat hatinya terus berdesir pelan. Walau sudah menikmati indahnya pernikahan selama kurang lebih tiga bulan, tetap saja ia masih saja sama seperti baru pertama jatuh cinta dengan Jongwoon.

“Omona… kau masih malu ternyata…” Jongwoon rupanya tahu saat pipi Yura mulai memerah. Jongwoon tersenyum padanya, dan sialnya Yura bukannya mengelak ia malah semakin malu dan dengan senyuman Jongwoon yang seperti ini semakin membuatnya merasa ingin mati saja, ya mati adalah jalan yang terbaik karena sungguh… suaminya sangat tampan dan mempesona.

“Aku tidak malu.” jawab Yura dengan mengumpulkan sekuat tenaga agar ia tidak terlihat gugup. “Aku hanya terkejut saja saat kau mengatakan itu, biasanya kau tidak pernah mengatakannya.” jawabnya beralasan.

“Oh, jadi kau ingin aku langsung melakukannya tanpa mengatakannya dulu padamu, begitu?” goda Jongwoon. Entah kenapa sekali ia suka sekali membuat gadis ini salah tingkah, ah, anni, sebenarnya Yura sudah tidak gadis lagi, karena yaah Jongwoon sudah berhasil membuat Yura tidak gadis lagi. Dan melakukannya juga sudah berulangkali selama tiga bulan ini. -_____-”

“Bukan begitu juga…” Sial, Yura tidak bisa mengolah kata-kata. Ia telah mati kutu, terperangkap dalam jebakannya sendiri. Kenapa ia selalu tidak bisa menang melawan pria aneh ini. Menyebalkan sekali.

“Nde?” Jongwoon menatapnya intens, ia memajukan sedikit wajahnya hingga ia dapat menyentuh rahang Yura. Mencium aroma dalam-dalam tubuh Yura, memejamkan matanya karena ia merasakan kenyamanan saat aroma yang sangat ia suka mulai masuk kehidung hingga rongga dadanya, merusak sedikit sistem syarafnya untuk berpikir normal. Bibirnya sengaja ia tempelkan sekilas-sekilas menyentuh permukaan kulit Yura. Dan sesekali mengecupnya pelan.

Gadis ini hanya bisa diam, yang dapat ia lakukan saat ini adalah memejamkan matanya menikmati sapuan bibir Jongwoon yang mulai bergerak dari rahang turun hingga kelehernya, tangannya kini tergerak untuk beralih kebagian belakang kepala Jongwoon, menyusupkan jari-jari lentiknya kedalam rambut cepak Jongwoon.

Jongwoon tersenyum disela ciumannya, saat merasakan tangan Yura menekan kepalanya, salah siapa yang menggodanya terlebih dulu?

Dengan cepat tangannya menyingkap blouse Yura hingga memperlihatkan kulit putih bahu dan selangkanya, bibir Jongwoon dengan lembut mencium dan sesekali menghisapnya, membuat sedikit bercak merah disana. Yura ingin mengakhiri ini, tidak mungkin pagi ini ia dibuat oleh perlakuan Jongwoon yang bisa membuatnya hilang kesadaran, tapi kenapa ia malah membiarkannya. Tidak boleh….

“Yaa…” Yura menarik wajah Jongwoon menjauh, Ia menatap wajah Jongwoon, sementara Jongwoon hanya tersenyum sedikit geli, ia geli melihat wajah Yura yang sedikit kesal dengan tingkahnya.

“Wae?” tanyanya pelan.

“Nappeun…” kata Yura menyentilkan jarinya pada dahi Jongwoon.

“Mwoya? Aku hanya menuruti naluriku saja. Salah siapa yang menggodaku? Hum…”

Yura mengercutkan bibirnya, kemudian ia hendak beranjak dari tempatnya. Ia ingin bangun dari ranjang ini. Dengan cepat tangan Jongwoon, menarik tubuhnya dan membalikknya posisinya. Kini ia ada diatas tubuh Yura, menghimpit tubuh gadis ini agar ia tidak beranjak dari tempat ini.

“Aigoo…” Yura menatap Jongwoon, tidak percaya. “Mwoya? Ini sudah hampir jam tujuh, aku belum menyiapkan sarapan buat Key.”

“Aku sudah bilang padamu, kau harus bertanggung jawab, dan itu semua kau yang memulai, bukan aku Kim Yura.” tegas Jongwoon, sambil menahan tangan Yura yang sepertinya akan menjauhkan tubuhnya.

“Yaa… Kim Jongwoon.”

“Kim Yura…” goda Jongwoon, is tersenyum simpul. “Aku lupa terakhir kali kita berhubungan…emm…”

“Aish jinja…” pekik Yura, “Kau masih berpikiran seperti itu. Syukurlah kalau kau sadar, aku kira kau lupa tidak pernah menyentuhku.”

“Aigoo… Kim Yura, kau ternyata ingat betul ya… kau mau sekarang?” tanya Jongwoon dengan nada menggoda. Ia lebih suka membuat Yura seperti ini, padahal niatnya juga ingin… tapi bukan Jongwoon kalau tidak aneh seperti ini.

Yura menatap Jongwoon dengan tajam. “Gila… aku akan menyiapkan sarapan buat Key, apa kau tidak dengar tuan presdir Kim, hum?”

“Andwe…” tolak Jongwoon.

Yura membulatkan matanya, menatap Jongwoon, tapi wajah pria ini malah semakin menyebalkan menurutnya. Bagaimana bisa ia malah tersenyum. Ia tidak efek senyumnya itu pada Yura, itu bisa merusak semua jaringan syaraf otaknya hingga rusak dan tidak bisa berpikiran secara normal.

Entah kenapa ia juga malah tersenyum sekarang, ia tidak bisa jika melihat senyuman Jongwoon seperti ini.

“Mwoya? Kenapa malah tertawa?” pekik Jongwoon saat tahu Yura tidak bisa menahan senyumnya.

“Anniya…” Yura menutup sekilas mulutnya dengan tangan kirinya. Karena tangan kanannya masih Jongwoon tahan. “Aku hanya ingin tertawa melihat wajahmu yang tampan. Aigoo ahjusshiku yang tampan…” Yura mengusap rambut Jongwoon.

“Ya, kau bilang ahjusshi?” Jongwoon tidak terima, “Kau bilang aku ahjusshi, atas dasar apa kau bilang aku ahjusshi, Kim Yura?” tangan Jongwoon semakin erat mencengkram erat tangan Yura.

“Aish… kau belum sadar juga, usiamu jauh diatasku. Kau sudah tiga puluh tahun, Kim Jongwoon, sedangkan aku? Aku masih muda sekali.” elak Yura dengan mencibirkan bibirnya.

Yura sedikit bergeliat, ia merasakan tubuh Jongwoon semakin berat.

“Ya!” pekiknya.

“Biar saja, itu hukumanmu karena kau bilang aku ahjusshi. Apa kau tidak merasakan, bahwa tenagaku  juga tidak kalah dengan yang muda.”

“Mwoya? Tenaga apa…”

“Kau belum sadar juga, aku masih bisa membuatmu mendesah hebat saat diranjang, aku juga masih bisa membuatmu mengerang___”

“Yakkkkk!!!” Yura menutup bibir Jongwoon seketika saat ia akan melanjutkan kata-kata yang menggelikan menurutnya. Yura menatapnya dengan mencibir bibirnya.

“Kau sudah gila…” kata Yura pada Jongwoon.

“Ne, wae? Salah siapa kau bilang seperti itu… apa kau mau mencobanya? Sekuat apa tenagaku, hum? Eotte?”

“Tidak perlu, aku tidak minat, lagi pula, waktunya sangat sedikit jadi tidak mungkin pagi ini tuan Kim Jongwoon.” jawab Yura mencoba meyakinkan, Jongwoon memasang wajah kecewanya. Ia memang salah dalam hal ini, karena memang ia beberapa minggu ini selain sibuk dengan pekerjaan, ia sibuk mempersiapkan sesuatu.

“Baiklah… aku tahu, kau juga lelah mengurusi Key, dan juga kuliahmu.” jawab Jongwoon. Ia sedikit kecewa sepertinya. Yura tersenyum melihat wajah Jongwoon.

“Baiklah, aku siapkan sarapan dulu…”

Tapi Jongwoon masih menahan tubuhnya, dibawahnya. Yura akhirnya menarik wajah Jongwoon dan menempelkan bibirnya tepat diatas bibir Jongwoon, tidak melumatnya, hanya menekannya pelan, ia tidak mau Jongwoon berpikir ia tidak tahu perasaannya. Sama, Yura juga merindukannya. Merindukan semuanya.

Yura melepaskan bibirnya, kemudian tersenyum pada Jongwoon. Jongwoon yang tidak terima, ia malah mendekatkan wajahnya kembali untuk kembali melanjutkan morning kiss yang menurutnya sama sekali tidak memuaskan.

Yura terkejut saat tiba-tiba Jongwoon malah menciumnya seperti ini. Walau begitu ia juga tidak bisa menolak. Mengikuti perlakuan Jongwoon padanya, memejamkan matanya untuk menikmati sapuan lembut bibir Jongwoon yang melumat bibirnya bergantian. Ia merasakan, ciuman ini bergerak semakin menuntut dan lebih dalam, mengambil oksigen saja Jongwoon hanya memberinya celah sedikit dengan memiringkan kepalanya. Ia tahu, ia memang sangat merindukan Jongwoon. Begitu juga sebaliknya, Yura merasakan ciuman yang syarat akan kerinduan. Apa ia sanggup menahan Jongwoon, yang bahkan tangannya kini ada dipunggungnya, didalam blousenya. Mengusap kulit punggunya dan berusaha untuk melepas sesuatu disana. Padahal ia hanya ingin membalas ciuman saja, tapi sepertinya…

“Appa…Eomma…”

Yura samar-samar mendengar suara Key yang memanggilnya dan juga Jongwoon. Dengan tangannya ia menahan wajah Jongwoon dan melepas tautan bibirnya.

“Appa…Eomma…”

Keduanya mengernyitkan dahi mereka. Jongwoon sadar, Key memanggil mereka. Beruntung kamar dikunci, jadi Key tidak mudah masuk dan melihat pemandangan yang tidak wajar baginya.

“Key…” gumam Jongwoon dengan raut sedikit kecewa.

“Eum…” Yura mengangguk pelan. Dengan terpaksa Jongwoon bangun dari atas tubuh Yura, dan mengacak sedikit rambutnya. Yura tersenyum dan membenahi sedikit pakaiannya yang berantakan.

“Awas saja, kau harus tanggung jawab!!!” kata Jongwoon pada Yura saat Yura mulai bangun dan hendak beranjak dari tempatnya.

“Mana bisa seperti itu?”

“Iya… kau tahu?” Jongwoon mengikuti langkah Yura yang menuju pintu pintu. “Karena kau yang menyebabkan ini semua, makanya kau harus bertanggung jawab.”

“Aish jinja!” Yura menggelengkan kepalanya, ia tidak habis pikir Jongwoon semakin aneh seperti ini.

“Eomma!!!” pekik Key saat Yura baru saja membuka pintunya, Yura tersenyum simpul sambil mengusap rambut Key yang lembut.

“Omo, Key tampan sekali, eoh?” kata Yura pada Key yang sudah memakai seragam sekolahnya. Key tersenyum dengan pipi gembilnya, kemudian tatapannya mengarah pada Jongwoon, Appanya.

“Tampan, Key mirip Appa. Kim Jongwoon appa.” jawab Key polos membuat Yura membulatkan matanya, sejak kapan Key menguasai kalimat seperti itu. Pasti ulah Jongwoon. Yura mendengar suara kekehan Jongwon yang kini ada dibelakangnya.

“Key-yaa… Kau pintar sekali.” Jongwoon mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh mungil Key. “Sini, Appa lama tidak menggendongmu.”

“Kyaa.. kau berat sekali Key-ya!”

Yura tersenyum melihatnya. Kemudian ia bergegas menyiapkan sarapan.

“Appa-ya, kenapa lehermu?” tanya Key dengan tampang polosnya, Jongwoon seketika terkejut. Apa? Leher? Lehernya kenapa… Yura yang masih mendengarnya hanya tersenyum simpul. Ia tidak habis pikir kenapa Key sampai tahu.

Jongwoon menatap Yura yang menjauh dengan wajah kesal dan tidak percayanya. Mengapa bisa Yura membuat tanda dilehernya. Awas saja!!!

“Ahh, ini digigit nyamuk…” jawab Jongwoon berasalan, Key hanya mengangguk simpul. Baginya, ia tidak mengerti, mengapa nyamuk gigitannya tidak bentol, hanya merah, merahnya-pun tidak kecil seperti gigitan nyamuk. Key, kau terlalu dini untuk mengetahui ini semua -______-

__oOo__

“Key, kajja…” ajak nyonya Kim dan juga Tuan Kim yang sudah siap untuk berangkat bersama Key, kebetulan mereka juga ada keperluan dengan relasinya, jadi sekalian mengantar Key. Karena mereka juga tahu, Jongwoon memang ingin berangkat siang, begitu pula Jongjin.

“Eum…” Key bersiap dengan tas ranselnya.

“Bekalmu… sudah Key-ya.” tanya Jongwoon. “Minum juga…”

“Sudah, Appa, tadi Eomma yang memasukkannya, ne?” Key menatap Yura, sementara Yura tesenyum padanya. Yura menunduk untuk mencium Key

“Jangan nakal…” kata Yura.

“Appa….” Key mendekatkan diri pada Jongwoon, dengan reflek pria ini kemudian mencium pipi gembilnya.

“Hati-hati…. jangan nakal.”

“Eum…” Key mengangguk, serta bersalam pada Jongjin, yang masih duduk didepan Jongwoon.

“Nanti, aku yang akan menjemputmu, tenang saja.” kata Jongjin pada Key, Key yang mengerti lantas tersenyum kearah pamannya ini.

“Arrasseo! Key berangkat dulu… Annyeong!” kata Key sebelum mengikuti jalannya Nenek dan Kakeknya yang lebih dulu keluar dari ruang makan ini.

“Ne, Annyeong…” jawab Yura. Jongwoon menatap Jongjin yang sepertinya juga masih belum besiap kekantor, apa jangan-jangan ia juga ingin datang terlambat.

“Kau, tidak kekantor hari ini?” tanya Jongwoon sambil melanjutkan sarapannya yang memang belum habis. Yura masih duduk disampingnya, juga masih menikmati sarapan.

“Aku tidak kekantor, di WHY Style masih sangat sibuk, Hyung saja yang berangkat kekantor ne?” jawab Jongjin sambil menatap Jongwoon dan Yura bergantian.

“Eumm… Yura-ya, kau sepertinya pucat sekali? Apa kau sakit?” tanyanya. Yura menatap kearah Jongjin.

“Mwo? Anniya… aku baik-baik saja.” jawab Yura sedikit gugup, Jongwoon kini menatap wajah gadis yang ada disampingnya ini.

“Kau sakit?” tanya Jongwoon memastikan. Yura hanya menggeleng pelan, Jongwoon masih menatapnya, tangannya ia letakkan didahi Yura. Sambil memastikan suhu badan Yura memang normal, Yura menatap Jongwoon yang sepertinya berlebihan menurutnya.

“Aigoo… gwencahanayo.” kata Yura.

“Arasseo, aku hanya ingin tahu suhu badanmu saja. Aku kira kau sakit? Kau sakit memikirkan aku yang selalu jarang bersamamu bukan?” kata Jongwoon masih menatapnya, ia lupa kalau didepan mereka masih ada Jongjin yang kini masih memperhatikan mereka.

“Mwo? Percaya diri sekali… “ cibirnya.

“Katakan saja, kau terlalu merindukanku sehingga kau terlihat pucat seperti itu?” tambah Jongwoon yang semakin percaya diri sekali.

“Ehem…” suara deheman Jongjin menyadarkan Jongwoon bahwa masih ada Jongjin disini. Yura dan Jongwoon segera mengalihkan pandangan mereka.

“Apa kau tidak memeriksanya? Siapa tahu kau hamil?” kata Jongjin membuat Yura membulatkan mata seketika. Jongwoon belum sepenuhnya menafsirkan ini, hamil?? apa benar Yura hamil?

Jongwoon kini menatap Yura, begitu juga Yura. Mereka saling menatap membuat Jongjin ingin tersenyum melihat mereka berdua yang tampak konyol -_-”

“Kau benar hamil?” tanya Jongwoon, “Katakan, kau hamil anakku-kan?” tambah Jongwoon membuat Yura menatapnya kesal.

“Mwoya? Aish… aku tidak hamil, dan kenapa kau bertanya seperti itu? Kalau aku hamil, ya tentu itu anakmu pabo!!! Menyebalkan sekali.” keluhnya.

“Ya, akukan hanya memastikan, apakah akibat dari hubungan kita selama ini membuahkan hasil?”tegasnya.

“Jongwoon oppa!” Yura membulatkan matanya sambil melirik kearah Jongjin. Ia malu kalau membicarakan masalah seperti ini didepan Jongjin.

Jongjin terkekeh pelan, disambut dengan tatapan Jongwoon kearahnya.

“Ya, Jongjin, kenapa kau malah tertawa? Ada yang lucu…”

“Kau aneh hyung…” Jongjin menggelngkan kepalanya. Ia tidak mau lama-lama disini dengan dua pasangan aneh ini, bisa-bisa ia tertular penyakit aneh mereka.

“Oh ya, Hyung. Nanti kau jangan lupa. Tentang rencanamu yang baru di Why Style. Ne?”

“Mwo?” tanya Jongwoon bingung.

“Aigoo… apa kau lupa? Nanti pukul sepuluh, proyek  di Why Style, tskkk!”gersah Jongjin.

“Aku lupa Jongjin-ah. Emm… tapi aku sudah mempersiapkan proposalnya, kau saja yang menjelaskan dalam rapat nanti, eotte?”

Jongwoon enggan datang karena memang ia masih ingin berlama-lama dirumah dengan Yura, lagi pula pekerjaan kantorya juga tidak menumpuk.

“Mana bisa begitu… aku tidak tahu detailnya proyekmu itu hyung. Aish jinjayo.” gersah Jongjin.

“Tapi hyung lelah… Hyung ingin___” Jongwoon tidak sengaja menatap Yura, sungguh tatapan gadis ini memperlihatkan ketidak sukaannya dengan jawaban Jongwoon kali ini. Apa harus ia menuruti Jongjin. Sepertinya begitu, dan rencananya untuk bermain-main dengan Yura, sepertinya sedikit terganggu.

“Arrasseo… nanti aku berangkat bersamamu.” jawab Jongwoon pasrah. Ia sebenarnya tidak mau, kalau bukan karena Yura yang memaksanya, walau dengan cara yang tdak biasanya. Tetaplah, dia menuruti apa mau Yura.

“Baiklah, jangan lupa hyung, jam sepuluh kita harus sudah sampai…” kata Jongjin mengingatkan.

“Aigoo… Jongjin-ah. Hyungmu ini tidak tuli, hyung dengar semuanya tadi.” Jongwoon menatap Jongjin kesal.

Jongjin terkekeh lagi dan lagi. -____-”

“Arasseo hyung, aku-kan hanya memastikan saja.” jawabnya membela diri, “Baiklah, aku mau mandi. Habiskan sarapan kalian… maaf menggannggu sedikit waktu kalian berdua.” Jongjin beranjak dari hadapannya, membuat Jongwoon kesal saja karena Jongjin masih saja terkekeh. Dasar aneh sekali dia.

“Ne, kau sadar juga.” sahut Jongwoon, membuat Yura mendelik kearahnya.

“Kau kenapa lebih menyuruhku bersama Jongjin dari pada bersamamu. Kau tidak tahu ya, aku masih ingin bersamamu dan membalas dendamku.” tambahnya membuat Yura ngeri saja saat menatap Jongwoon seperti ini. Ada sedih dan juga ada raut muka yang seperti menggodanya -___-”

“Itu demi pekerjaan, lagi pula itu tanggung jawabmu, benarkan? Kau mengerikan sekali.”

“Ne, tapi….Tsskkkkk! Arasseo…” akhirnya Jongwoon berhenti mengeluh, walau seperti biasa, dia belum terima. Yura, harus diberi pelajaran.

“Eum, tinggalkan saja piringnya disitu. Nanti aku akan mencucinya.” kata Yura membereskan semua perlengkapan sarapan yang ada diatas meja. “Mandilah dulu, aku hari ini tidak ada kuliah, jadi aku bisa seharian dirumah.” tambah Yura.

“Mwo? Kau bahkan menyuruhku pergi dari sini, aigoo…” Jongwoon menggelengkan kepalanya. Dan apa kata Yura tadi. Ia juga libur kuliah. Kenapa baru bicara sekarang? Menyebalkan sekali.

Yura mencium gelagat aneh dari Jongwoon ini, ia menatap pria didepannya ini dengan memcingkan matanya.

“Ya, kenapa kau menatapku seperti itu?” kata Yura yang merasa risih karena Jongwoon terus menatapnya. “Kau seperti ingin berbuat jahat padaku…” gumam Yura sambil mengangkat mangkok dan piring menuju pantri dapur, untuk segera ia cuci nantinya.

Jongwoon berdiri dan menghampiri Yura, membuat gadis ini terkejut melihat kehadiran Jongwoon yang sudah ada disampingnya.

“Aish, kau mengagetkanku…” katanya saat Jongwoon memeluk pinggangnya.

“Wae?”

“Aigoo.. kau tiba-tiba ada disampingku, padahal tadi kau sedang duduk.”

Jongwoon membalikkan sedikit badan Yura hingga berhadapan dengannya.

“Eum, Eomma Appa, dan Key tidak ada dirumah…” kata Jongwoon mengalihkan pembicaraan. Yura mengernyitkan alisnya.

“Apa?”

“Mereka tidak ada dirumah…” jawab Jongwoon menatap Yura tepat dimatanya, begitu juga Yura. Tapi, ia mengira ini semacam gurauan Jongwoon saja.

“Mwo? Lalu…” tanya Yura ragu. Entah kenapa hatinya berdesir kembali saat ini, apalagi tatapan Jongwoon dirasa sangat teduh baginya.

“Morning kiss.” jawab Jongwoon singkat. “Kita lanjutkan lagi, morning kiss…” katanya lagi.

“Kau lupa, ada Jongjin.” balas Yura.

“Apa masalah buatku?” kata Jongwoon percaya diri, membuat Yura menahan senyumnya. Yura berpikir sejenak, morning kiss. Hanya morning kiss saja, baiklah, lagi pula membahagiakan suaminya apa salahnya?

Entah, dari dorongan siapa Yura kini mengalungkan tangannya dileher Jongwoon. Pria ini tersenyum padanya, dengan sangat manis.

Jongwoon sedikit memajukan badannya, menarik wajah Yura dengan kedua tangannya, dan memiringkan kepalanya untuk menjangkau bibir Yura. Yura dapat merasakan bibir Jongwoon mulai bergerak pelan diatas bibirnya, ia-pun reflek mengikuti alur setiap lumatan bibir Jongwoon yang masih terkesan sangat pelan dan juga lembut. Sepertinya memang Jongwoon hanya menuntutnya untuk morning kiss saja. Pikirnya.

Entahlah, kini ia malah merasakan pergerakan bibir Jongwoon semakin dalam dan semakin menuntut. Tapi, ia juga melakukan hal yang sama, gila ia mengikuti alur permainan bibir Jongwoon ini. Iapun kesulitan mengambil oksigen, dengan susah payah ia menarik wajah Jongwoon, pria ini kemudian kembali memiringkan kepalanya dan menautkan bibirnya kembali. Yura juga baru menyadari, kini tubuhnya sedikit terangkat dan Jongwoon telah menuntunnya berjalan menuju kamar mereka, tanpa melepas ciumannya sama sekali.

Okey! Yura akui, dia sangat bodoh, jelas-jelas tadi Jongwoon sangat menginginkanya. Bisa jadi ini memang benar berakhir ditempat tidur. Mengingat ciuman ini yang sudah sangat membabi buta, ciuman yang syarat akan kerinduan masing-masing.

BRAK!

Yura dapat mendengar dentuman pintu kamarnya tertutup, Jongwoon menutupnya dengan menggunakan kakinya. Gila! Pria ini benar-benar diluar kendali sekarang.

“Mmhh… “ tanpa ia duga, Jongwoon melepas tautan bibirnya. Membuat Yura menatapnya ragu.

“Morning kiss, sudah selesai.” kata Jongwoon, masih dengan suara beratnya karena efek ciuman dahsyat barusan.

“Eum…”

“Sekarang, temani aku mandi.” kata Jongwoon singkat. Yura membulatkan matanya. Apa katanya? Menemaninya mandi, yang benar saja. Selama berhubungan suami istri dengan Jongwoon, Yura sama sekali belum pernah melakukannya dikamar mandi.

“Yak??” protesnya, “Tapi__”

“Ini perintah, Kim Yura. Bukankah kau sudah bilang, kau harus tanggung jawab atas apa yang kau lakukan tadi? Hum…”

“Tapi, tadi morning kiss… sudah aku berikan padamu…”

Jongwoon sepertinya tidak memperdulikan lagi elakan Yura ini, tenaganya masih kuat kalau untuk melucuti semua pakaian gadis ini sekarang, menggendongnya kekamar mandi, mungkin.

“Ya!!” Yura terkejut saat Jongwoon menggendongnya tiba-tiba… Jongwoon hanya terkekeh pelan, selanjutnya gadis ini hanya mengelurkan wajah malunya.

Jongwoon menurunkan Yura didalam bathup yang masih kosong belum terisi oleh air.

“Aku ingin mengatakan satu hal…”

“Mwo?”

“Aku memang sangat merindukanmu…”

“Kau mau merayuku. Tskk…”

“Anniya, buat apa merayumu. Tanpa merayumu, aku bisa menidurimu sekarang…”

“Ya! Nappeun…”

Jongwoon terkekeh sambil menekan tombil air, dan mulai sedikit air mulai mengisi bathup ini. Yura menatap Jongwoon, sedikit ragu.

“Kita akan mencobanya, didalam air. Kau belum pernahkan?” kata Jongwoon mulai melepas tshirt putihnya, memperlihatkan tubuh atasnya yang berotot.

“Eum, belum pernah…” Yura menatap tubuh tegap suaminya ini. Cukup lama ia tidak menyaksikan Jongwoon seperti ini, mengingat yah seperti tadi, Jongwoon memang sering sekali pulang malam.

“Hal yang baru, akan lebih menyenangkan. Menurutku…”

“Tidak juga…” jawab Yura saat Jongwoon mulai menyusulnya masuk kedalam bathup.

“Baiklah, aku rasa kau akan ketagihan dengan ini…”

“Tsskk…” sergah Yura, Jongwoon tersenyum tipis padanya sebelum ia mulai menghujani lehernya dengan ciuman-ciuman sekilas dari bibirnya dan terkadang menghisapnya dengan bibirnya yang sedikit basah, membuatnya seketika hilang kendali dengan ciuman bibir Jongwoon yang seperti ini. Membuat bibirnya mengeluarkan suatu suara indah yang menimbulkan efek luar biasa dari Jongwoon, untuk lebih lagi melakukan ini padanya. Sentuhan, sentuhan dari tangannya juga semakin membuat Yura, seakan mengakui kehebatan pria ini. Pria yang sengaja ia panggil ahjusshi tadi, kini membuktikan seolah dia bukan’ahjusshi’ baginya.

__oOo__

Yura mengancingkan kemeja Jongwoon, tapi pikirannya masih tertuju pada beberapa menit yang lalu, saat ia dan Jongwoon berada dikamar mandi. Gila, ia bisa gila jika teringat itu semua. Lihatlah, kini ia malah menahan senyumnya.

“Ige…” Jongwoon menyerahkan dasinya, untuk dipasangkan olehnya. Ia mendongak, menatap Jongwoon. Pria ini malah terlihat tampan dengan kemeja seperti ini. Astaga… apalagi saat tadi dikamar mandi, wajah pria ini malah semakin tampan saat melakukannya tadi. Gila… pasti ia sudah gila.

Yah, setidaknya Yura tahu satu hal. Ia harus menyesal telah memanggilnya dengan Ahjusshi, nyatanya memang sebaliknya. Wajah suaminya masih tergolong sangat muda dan juga kehebatannya atau tenaganya tadi, cukup membuatnya kualahan.

Dia, Ahjusshi hebat. -____-”

Jongwoon memperhatikan wajah Yura yang sekarang bersemu merah sesekali tersenyum, ia paham sekali apa yang ada dipikiran gadis ini. Sama, ia juga memikirkan hal yang tadi dikamar mandi. Ia gila, bahkan ingin ini hal ekstrim yang pernah ia lakukan selama menikah dengan Yura. Melakukannya dengan syarat kerinduan tapi seolah dikejar waktu. Sungguh sangat gila… bisa-bisa nanti rapat, ia tidak konsentarsi. Gawat… Tapi memang pengalaman baru yang patut untuk dicoba kembali nantinya.

“Cha…” kata Yura saat sudah membereskan dasi Jongwoon, Jongwoon meletakkan jasnya dilengannya,..

“Kajja… Jongjin pasti sudah lama menunggu.” kata Jongwoon pada Yura, dan menarik tangan Yura untuk mengikutinya berjalan.

“Jamkanman!” tiba-tiba langkah Jongwoon terhenti sebelum sampai pintu.

“Apa?” tanya Yura.

“Lihatlah… lehermu…” kata Jongwoon, “Jangan lupa, memakai syal nanti…”tambahnya. Yura merasakan hawa panas diwajahnya. Ia malu…

“kau yang melakukannya, dasar!”

“Aku hebat bukan…” goda Jongwoon, Yura segera melesatkan pukulan dilengannya.

“Hyung~ kenapa lama sekali….” kata Jongjin dari luar.

“Ne, aku sudah siap!” sahut Jongwoon.

__oOo__

“Yura-ya, kami pergi dulu…” pamit Jongjin yang kini sudah ada dikemudi mobil, sedang Jongwoon masih diluar. Jongjin yang melihat kakaknya ini hanya bisa menggelengkan kepalanya.

“Aku pergi dulu…” kata Jongwoon mencium dahi Yura.

“Eum… hati-hati…semoga sukses!” katanya. Jongwoon mengusap puncak kepalanya, matanya menatap Yura dalam, seakan ada yang ingin ia katakan pada Yura.

“Aku tidak akan pulang malam…” kata Jongwoon pelan.

“Mwo?” Yura menatap Jongwoon ragu.

“Eum, aku tidak akan pulang malam lagi… dan kau harus siap-siap Yura sayang.” tambahnya lagi masih dengan suaranya yang pelan. “Night kiss…” bisiknya.

“Ya… gila. Mana ada istilah seperti itu.” sergah Yura. Jongwoon semakin mendekatkan kewajahnya. Tidak peduli Jongjin melihatnya melalui spion.

“Night kiss dan berlanjut, seperti tadi… aku jamin, adik Key akan segera hadir…”

Wajah Yura langsung memerah.

“Sudah, cepet berangkat, sebelum terlambat.” Yura mendorong tubuh Jongwoon menjauh darinya.

“Arasseo… aku pergi. Hati-hati dirumah.”

“Eum… Arasseo.”

Jongwoon berbalik menghadapnya lagi, “Kau hebat sekali Kim Yura…”

“mwoya??” Yura mengerjapkan matanya, ia belum sadar tapi…

“YAK!!! Kim Jongwoon…”

__oOo__

Kyaaaaaaaa!!!! Morning kiss? Apaan yang morning kiss…. wkwkwkw ^^v
sekali lagi, entah saya tidak tahu kenapa bisa tiba-tiba bikin cerita aneh kek gini -___-”

Mau tadi aku protect karena yahh…. mesum sekali *PLAK * tapi, ya sudah tidak jadi 😛

Yang kangen YY Kopel di AILY, sudah sedikit terobati ya… kekekek XD semoga terhibur…

Uri SJ oppars are Idiots and Pervert!! Soo, Me Idiots and Pervert too ~~ like uri oppars

Tinggalkan JEJAK! Ya!